Dalam melakukan kegiatan bisnis kita pasti mempunyai pendapatan atau revenue dan juga ada biaya atau expense dalam mencapai pendapatan atau revenues tersebut. Secara praktis kita mungkin mengalami ada suatu waktu banyak sekali pengeluaran tetapi sedikit penjualan, atau sebaliknya ada suatu waktu di mana banyak penjualan dan biaya yang lebih sedikit dibandingkan pada saat permulaan bisnis.
Sebagai contoh kita mau membuat usaha kantin. Pada saat usaha kita memulai usaha kita akan membayar uang sewa tahunan, membeli peralatan dan sedikit yang beli. Sebaliknya pada akhir tahun kita tidak membeli peralatan dan juga tidak membayar uang sewa dan di sisi lain pembeli sudah banyak. Jadi terlihat bahwa pada saat memulai usaha kelihatan sangat rugi, kemudian pada akhir periode tahunan terlihat sangat untung. Dengan demikian maka akan terlihat fluktuasi kinerja yang sulit untuk dianalisa. Bagaimana sebenarnya kita harus memberikan pembebanan yang tepat atau sesuai dengan expense matching priciple ?
Di dalam expense matching principle ini kita dapat belajar :
- Beban yang terjadi dalam usaha kita mendapatkan penjualan diakui pada periode yang sama kita mendapatkan penjualan.
Misal dalam bulanan kantin kita menjual makanan dan dibukukan dalam pendapatan bulanan, maka kita harus mencatat beban pada bulan itu antara lain
– biaya bahan baku yang digunakan pada bulan tersebut
– biaya gaji pada bulan tersebut
– biaya listrik dan air pada bulan tersebut
- Pembebanan yang dibagi dalam periode-periode sesuai umur beban tersebut
Misal kita membayar yang sewa sebesar 12 juta/tahun dibayar pada awal tahun.
Beban 12 juta/tahun ini harus kita sebar dalam setiap bulan sebesar 1 juta.Misal kita membeli Kulkas sebesar 4,8 juta dan diperkirakan umurnya 4 tahun.
Maka beban ini harus kita bagi ke dalam 4,8 / 48 bulan atau 500 ribu rupiah tiap bulannya
- Pembebanan tidak memperhatikan kapan kita membayar beban tersebut
Kunjungi www.proweb.co.id untuk menambah wawasan anda.
