Pada beberapa perusahaan, aset tak berwujud menjadi aset berharga bagi perusahaan. Sebagai contoh perusahaan membeli franchise dan berhak menggunakan merek tertentu selama periode tertentu. Beban dalam rangka mendapatkan aset tak burwujud ini juga dialokasikan be periode-periode akuntansi berikutnya selama perusahaan dapat menggunakan merek tersebut. Pengalokasian beban ke tahun-tahun berikutnya ini merupakan beban penyusutan yang disebut amortisasi. Beda amortisasi dengan penyusutan asek fisik adalah pada amortisasi tidak ada nilai sisa saat hask penggunaan berakhir.
Sebagai contoh perusahaan membeli hak penggunaan merek A dengan membayar tunai 100 juta dan berhak menggunakan merek A selama 5 tahun. Dengan mudah kita dapat menghitung beban amortisasi per tahun adalah 20 juta.
Pada tiap akhir tahun akan terjadi penyesuaian beban amortisasi sebesar
Debit | Credit | |
Beban Amortisasi | 20 juta | |
Akumulasi Amortisasi | 20 juta |
Akhir Tahun 1:
Beban Amortisasi= 20 juta.
Akumulasi Amortisasi= 20 juta.
Nilai buku= 100 juta – 20 juta=80 juta.
Akhir Tahun 2:
Beban Amortisasi= 20 juta.
Akumulasi Amortisasi= 20 juta + 20 juta = 40 juta.
Nilai buku= 100 juta – 40 juta=60 juta.
Akhir Tahun 3:
Beban Amortisasi= 20 juta.
Akumulasi Amortisasi= 40 juta + 20 juta = 60 juta.
Nilai buku= 100 juta – 60 juta=40 juta.
Akhir Tahun 4:
Beban Amortisasi= 20 juta.
Akumulasi Amortisasi= 60 juta + 20 juta = 80 juta.
Nilai buku= 100 juta – 80 juta=20 juta.
Akhir Tahun 5:
Beban Amortisasi= 20 juta.
Akumulasi Amortisasi= 80 juta + 20 juta = 100 juta.
Nilai buku= 100 juta – 1000 juta=0 juta.
Kunjungi www.proweb.co.id untuk menambah wawasan anda.