Nilai inventory dimulai dengan biaya-biaya untuk mendapatkan barang tersebut pada saat pembelian dan diakhiri pada saat barang-barang tersebut siap dikirim atau siap digunakan. Ini sudah sesuai dengan prinsip dalam menentukan unit cost suatu barang.
Tetapi bagaimana jika ternyata harga bahan baku mengalami penurunan yang cukup besar?
Atau bagaimana jika banyak barang tersebut lapuk, rusak, atau memburuk kualitasnya ?

Jika barang yang ada di gudang dapat diganti dengan barang yang sama dengan harga lebih rendah, maka nilai harga barang yang lebih rendah ini harus dijadikan acuan untuk penilaian kembali nilai inventory.
Untuk barang yang lapuk, rusak, atau usang, nilai inventory harus disesuaikan dengan kerusakan, kelapukan, atau keusangan ini.

Menghadapi hal demikian kita perlu menyesuaikan nilai inventory sesuai dengan prinsip LCM yaitu Lower of Cost or Market. Dari istilahnya kita dapat memahami nilai inventory harus disesuaikan saat nilai menjadi lebih rendah atau nilai pasar menjadi lebih rendah.

Penilaian LCM ini memang keluar dari cost principle. LCM ini memegang nilai konservatif yaitu supaya tidak melebih-lebihkan nilai aset, tidak melebih-lebihkan pendapatan. Tujuan LCM adalah menyajikan laporan keuangan yang lebih mencerminkan realitas perusahaan.
Perusahaan handphone, laptop dan alat elektronik lainnya perlu melakukan penilaian LCM. Bahan baku untuk perusahaan ini harganya makin turun, nilai jual produk yang dihasilkan juga turun terus, jika tidak ada penilaian berdasarkan LCM maka nilai aset terkait inventory akan sangat besar dibanding nilai pasar yang mungkin dihasilkan.

Penyesuain berdasarkan LCM ini adalah COGS (debit) pada Inventory (kredit).

Kunjungi www.proweb.co.id untuk menambah wawasan anda.

Penilaian inventory pada LCM ( Lower of Cost or Market )