Berkaitan dengan perencanaan training, manajer perlu mengidentifikasi apakah suatu training diperlukan dan siapa yang perlu mendapatkan training atau pelatihan. Sebagai contoh jika perusahaan menerapkan teknologi baru dalam operasional perusahaan, maka karyawan memerlukan training. Begitu juga jika perusahaan mengeluarkan produk baru atau layanan baru maka karyawan mungkin memerlukan pelatihan mengenai produk dan layanan baru tersebut.
Biasanya manajer memikirkan training pada saat melihat kinerja yang rendah dari staf-stafnya. Di sini berarti ada gap antara kinerja yang diharapkan oleh perusahaan dan juga kinerja yang dihasilkan oleh staf tersebut. Dalam kasus ini kita perlu melihat latar belakang dari menurunnya kinerja yang rendah dari staf-staf tyersebut. Menurunnya kinerja dari staf bisa disebabkan hal-hal berkaitan dengan training dan mungkin juga tidak berkaitan dengan training.
Ada kemungkinan staf tersebut menurun kinerjanya karena tidak jelas hubungan antara kinerja dan penghargaan. Di sini reward dan punishment mengenai kinerja berarti akar permasalahannya. Dalam kasus ini kita menyelesaikan masalah dengan memperbaiki sistem reward dan punishmennya dan bukan dengan memberikan training kepada karyawan tersebut.
Ada juga karyawan yang menurun kinerjanya karena tidak dapat menerapkan apa yang telah didapatkan dalam training dalam lingkungan pekerjaannya. Di sini berarti permasalahannya bukan trainingnya tetapi penerapan trainingnya. Perusahaan perlu membuat hal-hal yang membuat penerapan training bisa dilakukan secara maksimal dalam pekerjaan staf tersebut.
Kalau setelah melakukan analisa personal ternyata karyawan tersebut kekurangan skill, knowledge, ability ataupun behavior dalam menjalankan pekerjaannya, maka di berarti masalahnya karena karyawan tersebut perlu mendapatkan training. Dalam kasus ini training merupakan solusi bagi menurunnya kinerja karyawan tersebut.
Kunjungi www.proweb.co.id untuk menambah wawasan anda.