Hubungan antara vendor dan customer adalah vendor mempunyai produk dan customer memiliki kebutuhan. Kedua belah pihak harus saling memahami satu dengan yang lain. Pihak vendor harus mengerti kebutuhan customer, dan customer harus mencoba mengerti produk atau jasa yang ditawarkan vendor.
Vendor kadang merasa menguasai kebutuhan pelanggan, di satu sisi pelanggan merasa bahwa vendor mengerti kebutuhannya. Jika ini terjadi maka bisa menyebabkan kesalahpahaman dan ketidakefisiensinya pekerjaan. Dalam kasus website juga bisa terjadi. Karena sering mengerjakan company profile yang cenderung meningkatkan brand, salah menangani customer yang mementingkan order online. Di satu sisi vendor sudah memakai banyak waktu untuk meningkatkan brand, di sisi customer merasa kebutuhan utamanya tidak tercapai. Jika tidak bijaksana disikapi bisa menimbulkan konflik dan pengerjaan project yang lebih lama. Karena itu pastikan antara vendor dan customer punya persepsi yang sedapat mungkin sama.
Antara vendor dan customer sama-sama saling membutuhkan. Customer membutuhkan jasa, sedangkan vendor membutuhkan pendapatan. Tetapi dalam jaman yang sudah materialistis ini, uang seolah-olah menjadi segalanya sehingga ada yang mengatakan ‘pelanggan adalah raja’. Dampak dari pernyataan ini adalah pelanggan bisa bertindak sesukanya misal customer bisa memilih vendor, tetapi vendor tidak bisa memilih customer. Customer dengan mudah membatalkan meeting, vendor dianggap tidak konsisten jika membatalkan meeting. Customer boleh terlambat meeting, vendor akan dimarahi jika terlambat meeting.
Vendor dan customer adalah sejajar sebagai umat manusia, karena marilah kita saling menghargai dengan memberikan penghormatan proporsional berdasarkan martabat sebagai manusia, bukan penghargaan berdasar siapa yang mempunyai uang.
Kunjungi www.proweb.co.id untuk menambah wawasan anda.