Saat perusahaan membeli barang untuk dijual, maka barang tersebut adalah aset. Nilai aset ini tentunya adalah biaya perolehan dari aset ini. Pada saat perusahaan memjual barang tersebut ke pelanggan, maka biaya perolehan ini menjadi beban. Di sini kita melihat bahwa ada proses perpindahan dari aset menjadi beban.
Pada saat masih menjadi aset, maka income statement tidak mencatat beban.
Pada saat barang terjual, maka income statement akan mencatat beban yang berarti mengurangi keuntungan.
Dari sini akuntan harus hari-hari, akurat dan jujur untuk membuat pembukuan mengenai kapan suatu aset mengalami perpindahan post.
Sebuah beban atau expense dicatat jika aset tersebut digunakan dalam rangka memperoleh pendapatan atau memperoleh revenue.
Biaya produk atau product cost adalah biaya yang dilekatkan pada produk tersebut di mana produk tersebut akan dijual. Produk ini bisa didapatkan dari pembelian atau dari aktifitas produksi pada pabrik. Pada saat dijual biaya produk ini akan menjadi beban yang disebut COGS atau Cost of Goods Sold. Dalam bahasa Indonesia COGS ini disebut HPP atau Harga Pokok Penjualan.
Biaya produk atau product cost ini juga disebut inventoriable cost. Kita dapat memahami inventoriable cost ini ini sebagai biaya yang sekarang untuk sementara masuk ke asset inventory sebelum dijual dan jika dijual akan menjadi beban HPP atau COGS expense.
Biaya-biaya yang di luar product cost merupakan biaya periode atau period cost. Biaya periode ini merupakan biaya-biaya yang timbul dalam periode akuntansi dan tidak dillekatkan ke biaya produk. Contoh biaya periode adalah biaya riset, biaya pemasaran dan biaya administrasi.
Dalam Income Statement atau Statement of Income, kita biasa mengelompokkan Beban Produk, Beban Periode, dan beban pajak kemudian baru Net Income.
Kunjungi www.proweb.co.id untuk menambah wawasan anda.