Saat pelanggan datang ke department store untuk membeli baju, apakah pelanggan hanya membeli seonggok baju yang merupakan kumpulan kain-kain ? Kalau kita perhatikan kemungkinan pembeli itu tidak membeli baju tetapi membeli manfaat dari baju yaitu untuk manfaat penampilan. Jika memang dia hanya mau beli baju maka beli baju saja secara random, tetapi kenyataannya adalah pembeli memilih berbagai baju yang kalau dipakai kelihatan menarik dan tentu saja sesuai dengan anggaran belanjanya.
Orang makan di restoran, apakah dia ingin mendapatkan seonggok nasi, daging dan minuman ? Tentu sebelum ke restoran pelanggan sudah membayangkan makanan yang enak yang akan memuaskan rasa lapar dan menikmati makanan yang enak tersebut.
Orang sakit membeli obat, apakah dia ingin mengoleksi obat tersebut ? Tentu saja tidak, orang tersebut membeli obat dengan harapan mendapatkan manfaat dari obat yaitu manfaat menyembuhkan.
Dari contoh di atas orang membeli baju untuk mendapatkan manfaat penampilan yang baik, orang membeli makan di restoran untuk mendapatkan manfaat menikmati makanan yang enak, orang membeli obat untuk mendapatkan manfaat kesehatan. Dari sini kita melihat bahwa pelanggan membeli manfaat bukan membeli barang.
Fakta bahwa pembeli membeli manfaat harus benar-benar dimengerti oleh pemasar. Manfaat ini merupakan salah satu fitur yang dibutuhkan langsung oleh pelanggan. Kreatifitas pemasar untuk menghubungkan produk dengan manfaat merupakan salah satu kunci keberhasilan pemasaran. Makin kita bisa mengkomunikasikan manfaat yang dibutuhkan pelanggan, maka makin tinggi peluang pemasaran mendapatkan pelanggan-pelanggannya.
Pemasaran memang harus berorientasi pelanggan. Kita harus dapat memposisikan dalam sisi pelanggan. Dengan memposisikan diri kita ke pelanggan maka kita makin mengerti kebutuhan pelanggan. Dengan mengerti kebutuhan pelanggan kita dapat menyajikan informasi pemasaran yang menekankan manfaat bagi pelanggan dan menyentuh sisi emosial pelanggan.
Kunjungi www.proweb.co.id untuk menambah wawasan anda.