Setelah membahas strategi atau metode mengenai perencanaan produksi atau production planning maka kita akan menganalisa sales forecast, sales order dan jumlah stock barang jadi kemudian menghasilkan jadwal produksi pada timetable MPS atau Master Production Schedule. Tentu saja kita juga mempertimbangkan kapasitas produksi dan kapasitas gudang dan juga masa kadaluwarsa produk jika barang tersebut memiliki masa kadaluwarsa seperti produk makanan.
Secara logika pada setiap waktu produksi misalnya mingguan maka akan ada stock awal (sa1), kemudian jumlah forecast penjualan (fc1), kemudian jumlah produksi yang dijadwalkan (sp1) dan stock akhir minggu ini. Stock akhir minggu ini akan menjadi stock awal minggu berikutnya (sa2). Stock awal minggu ke dua ini nilainya adalah forecast penjualan minggu ke dua (fc2) ditambah buffer stock(bs2) untuk mengantisipasi lonjakan penjualan.
Secara matematis:
(sa1 – fc1) + sp1 = fc2 + bs2
Maka jumlah produksi yang dijadwalkan pada minggu pertama ini adalah
sp1 = fc2 + bs2 – (sa1-fc1), secara logika maka sp1 ini merupakan kebutuhan minggu kedua dikurangi sisa stock sebelumnya,
atau juga:
sp1 = fc2 + bs2 + fc1 – sa1, secara logika maka jumlah yang dijadwalkan pada s1 ini adalah forecast minggu pertama + forecast minggu kedua + buffer stock – stock awal minggu pertama
Perhitungan ini kita teruskan untuk minggu kedua, ketiga, keempat dan seterusnya sehingga menghasilkan Master Production Schedule atau MPS. Dari informasi jumlah kuantitas produksi pada setiap minggu pada MPS ini kita dapat merancang sistem informasi akuntansi untuk membuat production order secara otomatis.
Setiap barang yang diproduksi memiliki bahan-bahan penyusun yang biasanya bahan mentah. Setelah kita menyusun jadwal produksi pada setiap minggu atau setiap bulan maka dari MPS ini kita akan mengetahui kebutuhan bahan baku yang perlu dibeli dari supplier. Dengan demikan dari MPS ini maka sistem informasi akuntansi dapat dirancang untuk membuat purchase request secara otomatis.
Secara praktis lokasi barang hasil produksi bisa saja berbeda dengan gudang bahan baku. Di sini memerlukan perpindahan barang dari lokasi gudang bahan baku ke lokasi barang hasil produksi. Dari MPS ini sistem informasi akuntansi dapat merancang move request atau move ticket secara otomatis.
Dengan demikian input atau masukan dari MPS ini adalah :
- sales forecast
- sales order
- stock barang hasil produksi pada saat ini
Kemudian output atau keluaran dari MPS ini adalah
- production order
Dari production order ini akan dihasilkan move request yang merupakan material request. - purchase request
- move request
Dalam prakteknya pasti ada perbedaan antara penjualan yang terjadi dengan sales forecast, sehingga MPS ini harus dapat disesuaikan pada setiap periode yang telah disepakati untuk menyeimbangkan keseimbangan antara kebutuhan pelanggan dan juga kestabilan kerja departemen produksi.
Informasi lebih lanjut silahkan mengunjungi https://en.wikipedia.org/wiki/Master_production_schedule .
Kunjungi www.proweb.co.id untuk menambah wawasan anda.