Dalam memangkas biaya perusahaan, perusahaan berusaha melakukan penghematan mulai dari pembelian, penerimaan barang, biaya proses produksi, biaya penyimpanan di gudang dan juga pengiriman ke barang ke pelanggan-pelanggan. Dari pemikiran inilah maka perusahaan berusaha memperkecil jumlah barang yang disimpan di dalam gudang dan hanya menyimpan barang-barang yang dibutuhkan dalam suatu periode tertentu. Pemikiran ini melahirkan lean manufacturing. Salah satu bagian dari lean manufacturing ini adalah JIT yang merupakan kependekan dari Just In Time stock atau stok yang sesaat saja.
Tetapi seiring implemantasi lean manufacturing ini ternyata mempunyai potensi konflik kepentingan. Dalam tradisional manufacturing maka biaya-biaya seperti pemakaian listrik dan gaji karyawan produksi akan di-inventorikan dan tidak dibebankan. Sedangkan dalam lean manufacturing pemakaian listrik dan gaji karyawan akan langsung masuk ke beban sehingga tentu saja akan mengurangi nilai profit dalam income statement yang dilaporkan oleh sistem informasi akuntasi perusahaan. Bagaimanakah mengatasi konflik kepentingan ini ?
Perusahaan yang menerapkan lean manufacturing perlu membuat perhitungan-perhitungan yang adil supaya manajer tidak mencari kepentingan sendiri dengan mengejar profit dalam income statement. Di sini perusahaan perlu menerapkan biaya-biaya tersebut ke overhead dan langsung diterapkan ke setiap produk. Perusahaan juga perlu menelusuri biaya riset, biaya produksi, biaya menjual, biaya mengirimkan barang dan biaya menangani pembayaran pelanggan ke dalam setiap produk. Ada juga yang mengusulkan agar biaya overhead dimasukkan sebagai akun sendiri dan tidak dimasukkan ke dalam COGS (Cost of Goods Sold).
Kunjungi www.proweb.co.id untuk menambah wawasan anda.